Suara Hati
Jumat, 09 Agustus 2019
12 Komentar
Membaca The Alchemist - Paulo Coelho, membuatku terobsesi dengan jiwa dunia, suara hati, harta karunku dan macam-macamnya. Karena itulah, akhirnya kupaksakan diriku bersila di tempat ini, mencoba mendengarkan racauan hati tentang hal-hal yang berasal dari jiwa dunia.
"P,
P,
Hai, tanpa usaha yang maksimal aku pernah memilih gagal. Tanpa lebih dalam bersusah payah, aku pernah memilih untuk kalah. Setidaknya aku masih yakin, semua itu bukan keputus asaan, tetapi keputusan. Dan memang belum putus asa sih. Tapi kok ya rumit jalannya ini. Tolong ceritakan kepadaku, bagaimana seharusnya agar aku memahami jiwa dunia dan meraih harta karunku?"
"Salam dulu kek, malah P," sesumbar sembur suara hati bersamaan desau angin yang membelai tengkukku. "Harta karunmu ada dalam hatimu, tertutup tabir yang hanya bisa dibuka dengan terus mencoba dan berusaha ekstra keras. Tentu kau pernah mendengar bukan, terkadang sekadar dengan usaha keras saja, sulit untuk mendapat hasil yang pantas?"
"Iya, lalu? Langsung ke poinnya saja coba!"
"Pertama, coba tutup sebelah matamu dengan sebelah tanganmu!"
"Sudah, lalu?" Kejarku antusias.
"Bodoh! Mudah sekali kamu diperdaya Maemunah. Ya bukan demikanlah. Pantas saja kamu mudah diperdaya hawa nafsumu."
Pada titik ini, rasanya aku ingin mengumpat dan menggelitiki pemilik sumber suara tersebut sekuat tenaga. Tapi aku urung. Daripada percakapan ini terhenti, dan aku tak mendapati apapun selain semakin dibenci suara hatiku sendiri. Perlahan kuletakkan tanganku yang menutupi sebelah mataku ini, tepat diatas dengkul. Menggosok-nggosok seperti orang mau ngutang, penuh harap dengan memasang muka sarat keibaan.
"Kalahkan dirimu! kau akan memahami jiwa dunia dan menemukan harta karunmu di dalamnya" Ujar suara hati kemudian.
Desau angin kembali mendera, kini membelai seluruh badanku, merinding. Dari kejauhan kudapati temanku berjalan membawa kameranya mendekatiku. Diperlihatkannya jepretan diriku menutupi sebelah mata dengan salah satu tanganku. Katanya aku seperti antek Iluminati.
Masa bodoh. Cocokologi khas negara ber-flower. Sementara hal-hal yang didasari data dan fakta, malah disebut hoax. Gumamku sambil meringis.
"P,
P,
Hai, tanpa usaha yang maksimal aku pernah memilih gagal. Tanpa lebih dalam bersusah payah, aku pernah memilih untuk kalah. Setidaknya aku masih yakin, semua itu bukan keputus asaan, tetapi keputusan. Dan memang belum putus asa sih. Tapi kok ya rumit jalannya ini. Tolong ceritakan kepadaku, bagaimana seharusnya agar aku memahami jiwa dunia dan meraih harta karunku?"
"Salam dulu kek, malah P," sesumbar sembur suara hati bersamaan desau angin yang membelai tengkukku. "Harta karunmu ada dalam hatimu, tertutup tabir yang hanya bisa dibuka dengan terus mencoba dan berusaha ekstra keras. Tentu kau pernah mendengar bukan, terkadang sekadar dengan usaha keras saja, sulit untuk mendapat hasil yang pantas?"
"Iya, lalu? Langsung ke poinnya saja coba!"
"Pertama, coba tutup sebelah matamu dengan sebelah tanganmu!"
"Sudah, lalu?" Kejarku antusias.
"Bodoh! Mudah sekali kamu diperdaya Maemunah. Ya bukan demikanlah. Pantas saja kamu mudah diperdaya hawa nafsumu."
Pada titik ini, rasanya aku ingin mengumpat dan menggelitiki pemilik sumber suara tersebut sekuat tenaga. Tapi aku urung. Daripada percakapan ini terhenti, dan aku tak mendapati apapun selain semakin dibenci suara hatiku sendiri. Perlahan kuletakkan tanganku yang menutupi sebelah mataku ini, tepat diatas dengkul. Menggosok-nggosok seperti orang mau ngutang, penuh harap dengan memasang muka sarat keibaan.
"Kalahkan dirimu! kau akan memahami jiwa dunia dan menemukan harta karunmu di dalamnya" Ujar suara hati kemudian.
Desau angin kembali mendera, kini membelai seluruh badanku, merinding. Dari kejauhan kudapati temanku berjalan membawa kameranya mendekatiku. Diperlihatkannya jepretan diriku menutupi sebelah mata dengan salah satu tanganku. Katanya aku seperti antek Iluminati.
Masa bodoh. Cocokologi khas negara ber-flower. Sementara hal-hal yang didasari data dan fakta, malah disebut hoax. Gumamku sambil meringis.
24 Januari 2019
Kalahkan dirimu. Kau akan memahami jiwa dunia.
BalasHapusSuka nih ama kata-katanya.
Wkwk makasih gan
HapusHa..ha.. Ada-ada aja mas, tapi bener lho.. Untuk menemukan hidup yang bahagia, kamu harus bisa mengalahkan diri sendiri karena semua keraguan datangya selalu dari diri sendiri.
BalasHapusYUPS.... benersekali
Hapusbahagia itu jika kita hidup sesuai dengan naluri kita bukan hidup dengan apa yang dikatakan orang, ditunggu tulisan berkelas selanjutnya, salam kenal dari blogger pemula
BalasHapusYups....... Salam kenal juga btw
HapusAdikku punya novel The Alchemist ini, aku udah penasaran pengen baca, tapi keinget lagi sama buku-buku sendiri yang belum selesai kebaca semua.. Dilema nih.
BalasHapuswkwkwk.......sama. ada beberapa buku yang sudah lama saya beli tapi juga belum sempat kebaca. soalnya ada yang lain yang lebih menarik untuk dibaca. dilema bgt
HapusSemua orang adalah pemenang selama dia tidak berhenti berusaha. Kalau lelah, istirahat katanya, jangan berhenti dan menyerah :D
BalasHapus💪💪💪
HapusHehe, dilan gaya berkata-katanya gini gak ya. Suara Hati :)
BalasHapusHahaha....
Hapus